adiyana

adiyana

Thursday, December 24, 2020

Kopi Rinduku




Kopi Rinduku


Kopi yang kuracik dengan segenap.rindu

Menjebakku dalam sejuta harap menanti

Ketika jarak tak lagi menyatukan hati

Dan temu tak.mengakhiri rindu


¹ku nikmati rinduku yang mengendap deru

Seperti ampas kopi yang terlihat hitam dan kaku

Seakan paham akan pahit nya merindu

Yang terlihat angkuh pada bongkahan waktu


Sengaja ku simpan ampas kopi

Agar rindu tak akan segera pergi

Menunggu takdir jelmakan mimpi

Dan kita. akan larut bersama dalam secangkir kopi


Ternate 24 Des. 2020

Adiyana Adam

Sunday, December 13, 2020

Jinggaku..semu

 

 


  Jinggaku..Semu

 

Pada kemilau jingga pagi

Ingin kulukiskan sebuah kisah

Tentang jejak yang teringgal

Dan ketika jingga  senja tiba

Ku ingin Kisah itu berubah menjadi  suara hati

Yang menyimpan kisah  dan rindu yang membiru

Berbias luka

 

Jingga senja beranjak meninyisakan malam

Luka  hati semakin menganga 

Karena janji  hanya berwujud aksara

Tanpa  rupa dan warna

Hanya  suara  yang mendesah semu

 

 Ternate, 12 Desember 2020

Adiyana Adam

Friday, December 11, 2020

 

 


Coffee and Dusk


For me….
Coffee and dusk are two different things that complement each other
the beauty of the orange dusk  always cover the bitter taste of coffee
Although the taste was only for a moment  because soon orange will soon pass,
Replaces the dark of the night


For me …………
Coffee and dusk are two different things that complement each other
Sipping coffee at dusk while enjoying the beauty of orange, creating a peaceful atmosphere
Even though the feeling was only for a moment because soon the orange would pass,
Leaving the dark night


For me ...    
Coffee and dusk are two different things that complement each other
Coffee taught me the meaning of honesty, that life is not always sweet, there will be a bitter side to us.


And Dusk..
Dusk ... always teaches the meaning of being willing to let go of  something very meaningful in our lives, because the beauty of the orange dusk is only felt for a moment


Ternate, November  01, 2020
Adiyana

Sunday, November 29, 2020

Era Kolonial VS Era Milenial

 

 

 Era Kolonial VS Era Milenial

Akhir- akhir ini, dunia kampus  banyak  diributkan dengan penulisan artikel ilmiah. Bagi seorang dosen, penulisan artikel ilmiah adalah wajib hukumnya jika mau beralih ke jabatan fungsional yang lebih tinggi sementara untuk mendapatkan pengakuan atas sebuah  jurnal ilmiah  yang menjadi eksistensi seorang dosen  di bidang penelitian adalah bukan perkara yang mudah, apa lagi jika dia seorang dosen senior yang kurang menguasai  penggunaan administarsi secara digital,  berbeda dengan dosen muda, yang cepat beradaptasi dengan berbagai perangkat aplikasi  baru.

Umumnya dosen senior yang sudah merasa berada di titik puncak dan beranggapan  bahwa sudah saatnya menikmati perjuangan, Faktor keluarga yang sudah stabil dari segi keuangan dan posisi pencapaian  sudah mendapatkan yang utama menjadi alasan untuk tidak lagi peduli dan beradaptasi dengan  perkembangan era digital. Padahal seharusnya dia sadar bahwa hidup dijaman yang berbeda akan berhadapan dengan tantangan dan tuntutan yang berbeda pula

Pada saat sekarang ini,  peran kampus mulai  bergeser dari kampus pengajaran ke kampus penelitian dalam hal pengembangan lembaga artinya keseluruhan kegiatan pengajaran bermuara ke penelitian. Sesuai dengan tuntutan tri dharma perguruan tinggi,  maka seorang dosen tidak hanya melakukan aktivitas pendidikan pengajaran tetapi juga melakukan aktivitas penelitian publikasi ilmiah dan juga pengabdian kepada masyarakat. Publikasi yang dimaksud adalah publiaksi  dijurnal ilmiah yang  terindeks scopus atau Web Of Science ( WOS). Karya Ilmiah  dosen yang di terbitkan  pada jurnal internasional  akan mendapat pengakuan,   ini juga merupakan  salah satu tagihan akreditasi institusi,

Untuk mencapai publikasi ilmiah  yang terindeks scopus atau WOS, tentunya peningkatan kualitas tulisan harus benar-benar efektif karena inilah yang menjadi indicator utama, artikel ilmiah yang baik harus terhindar dari kesalahan sekecil apapun. Kualitas penulisan artikel ilmiahyang baik  juga dapat di lihat dari novelty  atau unsur kebaharuan, ini pula yang membedakan antara  penelitian kita dengan yang lain dan akan   memiki nilai kontribusi bagi keilmuan maupun bagi kehidupan

Penulis  juga harus menguasai penggunaan aplikasi manajemen referensi . Apliaksi Manajemen referensi seperti mendeley ,  Zetero, reffwork dll , digunakan untuk  menghimpun data rujukan , data yang dirujuk  harus benar-benar akurat dan terbaru , dari data inilah  informasi yang tidak beraturan  akan di kelola menjadi suatu pengetahun yang sistimatis dan pada akhirnya akan  memperkuat  substansi jurnal  , dengan menggukanan  aplikasi manajemen referensi naskah jurnal ilmiah  akan terhindar dari  unsur plagiasi  maupun similarity. .

Naskah jurnal ilmiah  juga harus mengikuti template jurnal yang dituju, hal ini dikarenakan setiap lembaga submit jurnal memilki kriteria penulisan jurnal yang berbeda, maka dari itu adanya template jurnal  untuk menyesuaikan susunan penulisan yang diingikan oleh lembaga tersebut. Template jurnal atau gaya selingkung dan tingkat kemiripan isi jurnal menjadi alat  ukur  apakah sebuah jurnal nantinya diterima atau ditolak oleh editor.

Jika semua yang persyaratan di atas telah terpenuhi, maka naskah publikasi ilmiah  akan diterima pada jurnal yang kita tuju, jurnal ilmiah akan diakses, diindeks dan disebarluaskan . Dari keseluruhan rangkain penulisan publikasi ilmiah di atas menuntut kita agar menguasai teknologi digital, metode konvensional yang sering digunakan  harus segera dialihkan ke metode digital . Penguasaan tehnologi digital tidak tergantung dari zaman pengguna itu dilahirkan  apakah pengguna tersebut terlahir pada  era Kolonial ataukah  terlahir pada era milineal , akan tetapi penggunaan metode digital tergantung pada siapa  yang menguasainya. Bukankah lebih baik jika terlahir di era kolonial tetapi menguasai tehnologi pada era milenial?

Pada akhir tulisan ini sedikit saya mengutip  kata –kata quetos dari seorang jurnalis muda yang handal teman sekaligus guru  saya yaitu Dr .Aditya Halim perdana Kusuma  :

wawasan ditentukan dari  apa yang  dibaca dan tulisan ditentukan dari seberapa yang dibaca “

Ternate, 30 Nopember 2020

Penulis

 

Adiyana Adam

Sunday, November 15, 2020

MASA KECIL KITA ADALAH ARSITEK

 MASA KECIL KITA ADALAH ARSITEK

 



            Kita semua tentu mengalami masa kecil , masa dimana kita belum merasakan seluk beluk hidup yang sesungguhnya, masa dimana kita tidak pernah tahu hiruk pikuk kehidupan  yang sesungguhnya .  semua yang kita alami dan rasakan pada masa kecil adalah hal-hal yang menyenangkan, bermain bersama teman sebaya  selepas sekolah atau pada hari libur

Kebiasan ku jika tibahari libur, aku sering diajak orang tuaku  ke kebun,  Jika sudah tiba di kebun, orang tuaku mulai menyibukan diri dengan  tanaman nya, akupun tak mau kalah selalu menyempatkan diri bermain . Mainan yang paling sering aku lakukan jika di kebun adalah membuat rumah-rumahan. Dengan berbekal sebilah parang yang ku pinjam dari ayah, aku mulai mencari batang pohon yang bisa ku jadikan tiang rumah, jika lokasi rumah-rumahan  yang akan ku buat berdekatan antara pohon  dengan pohon yang lain maka yang jadi tiangnya adalah pokok pohon- pohon  tersebut  ,kemudian aku  mencari beberapa dahan  yang lurus  biasanya dahan-dahan ini kudapatkan dari tanaman tanaman liar yang tumbuh di sekitar kebun .   

Dahan-dahan tersebut  di ikat  diantara  ke  empat  tiang tadi  pada bagian atas  maupun tengah yang gunanya sebagai tempat meletakan daun daunan yang dijadikan  atap, dan pada bagian tengah sebagai dinding rumahnya .  Daun yang kugunakan sebagai atap adalah daun pisang. Cara menyusun  daunnnya pun  berdempetan bahkan kadang menumpuk antara satu daun dengan yang lainnya agar jika hujan tidak sampe menetes ke dalam  rumah-rumahan  . Begitu pula pada bagian dinding nya , bisanya yang di pakai adalah daun kelapa kering yang jatuh, kemudian di potong sesuai dengan  yang diinginkan dan di sisipkan diantara dahan yang telah di pasang antara tiang ke tiang rumah pada bagian tengahnya tadi , agar tidak gampang terjatuh di tiup angin, daun kelapa tadi di ikat dengan menggunakan pelepah pisang yang sudah  membusuk. Pada Bagian atap juga, untuk menghindari terpaan angin yang nantinya akan menerbangkan daun pisang , biasanya di beri pemberat berupa batang kayu.

Setelah atap dan dindingnya jadi, tinggal bagian lantainya.Bagian ini pun dasarnya adalah daun kelapa kering, stetelah itu di tutup dengan daun pisang diatasnya.  Biasanya rumah-rumahan ini tidak mempunyai pintu khusus  karena  ruangannya  hanya satu bagian,  yang ada dinding nya hanya bagian belakang, dan samping kanan dan kiri, bagian depan rumah-rumahan itulah yang dijadikan pintu masuk.

Jika Rumah-rumahan telah selesai  di buat, aku sering mengamati dari jarak jauh , jangan –jangan ada yang kurang dari rumah tersebut , jika sudah dirasa komplit dan tak bermasalah , perasaan puas pun kurasakan,

Memang pada saat itu aku belum terlalu paham tentang arsitek. Tetapi setidaknya pada usia kanak-kanakku aku telah mampu mendesain sebuah rumah yang bisa di gunakan tempat istirahat orangtuaku walau hanya sesaat.

Ternyata kenangan masa kecilku adalah bekal dan persiapan yang Allah swt  titipkan pada ku  untuk menghadapi peliknya hidup  di masa sekarang.  

 

Saturday, November 7, 2020

Menulis Memperpanjang Usia

 

 

Menulis  Memperpanjang Usia

Oleh : Adiyana Adam

 

 


Berawal dari  hobbi membaca novel, cerita pendek atau cerita cerita menarik lainnya, lalu timbul dalam pikiran ku, kok bisa penulis menyambungkan kata demi kata, menajdi sebuah kalimat  yang kemudian  kalimat itu di sesuaikan dengan keadaan alur cerita sehingga membuat setiap pembaca menikmati apa yang diceritakan dan kadang larut dalam suasana yang digambarkan dalam cerita tadi, seolah olah kita yang menjadi peran utama pa a  cerita tersebut.  Inilah yang kemuadian membuat rasa ingin tahuku akan bagaiman proses menulis itu sesungguhnya sehingga  bisa dinikmati pembaca secara puas.

Suatu ketika , aku mengikuti salah satu acara yang di buiat oleh Direktorat Perguruan tinggi Islam  (DIKTIS)  Kementerian Agama yaitu kegiatan Penelitian dosen selutuh PTKI yang diadakan di Jakarta, pada kegiatan ini berkumpulah para Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Mayarakat ( LPPM)  atau kepala Lembaga Penelitian ( Kapuslit) Perguruan Tinggi Keagamaan Islam seluruh Indonesia. Pada kegiatan inlah  aku mengenal hampir semua perwakilan dari PTKI baik ketua Lembaga penelitian dan pengabdian maupun Kepala Pusat Penelitian termasuk Pak Ngainun Naim

Pada suatu waktu , dengan tidak sengaja aku membaca postingannya Pak Ngainun di salah satu grup Whatsup  tentang menulis online, aku sempat menanyakan hal ini ke beliau yang pada saat itu beliau menjadi mentor kelas menulis online di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau menyambut baik dan menyarankan untuk membuat grup menulis online di Perguruan Tinggi kami. Dengan beberapa teman Dosen aku mencoba berdiskusi tentang akan ha lini dan ternyata mereka menyambut baik bahkan sangat antusias. . Jadilah aku membuat grup menulis online dengan beranggotakan beberapa dosen , dan Alhamdulillaih berkat bimbingan pak Ngainun yang begitu rajin dan tak mengenal  lelah terus saja membimbing kami hingga jadilah sebuah buku ontologi kami yang pertama yang  bertema “ JEJAK LITERASI DARI TERNATE, DARI KELAS MAYA MENUJU KELAS NYATA”

Berawal dari sinilah aku kemudian membentuk lagi satu grup menulis lainnya dengan mentor yang sama Pak Ngainun Naim , Grup menulis kedua ini  beranggotakan lebih banyak lagi  dan  rata –rata grup menulis  yang aku buat semuanya berprofesi dosen dengan latar belakang pendidikan dan usian yang berbeda , pada  umumnya sudah S3 bahkan ada juga yang sekarang sudah Profesor,  ada beberapa yang ber pendidikan S2 bahkan aku hanya seorang PNS biasa . Grup menulis kedua ini juga sangat antusias , jadwal penulisan yang diberi pak Mentor selalu terisi setiap hari. Akhirnya  kebanyakan dari teman-teman grup sudah terbiasa menulis, apa saja yang dilihat dan di alami bisa menajdi bahan menulis. Tentunya ini tidak terlepas dari motivasi dan spirit yang selalu didorong oleh pak Ngainun Naim. .

Pada awalnya aku merasa tidak seimbang dalam menyampaikan  tulisan-tulisannku karena yang aku hadapi semuanya adalah  berprofesi dosen yang rata rata sudah berilmu tinggi , yang ada dalam benakku   seorang dosen itu kesehariannya membaca dan ini pasti pundi-pundi ilmu mereka  sudah banyak terisi, apalagi kajian –kajian mereka yang dituangkan dalam  karya menulis online begitu dasyhat sesuai dengan keahlian bidang ilmu mereka.   tetapi rasa minderku berubah menjadi sebuah pendorong rasa semangat karena ada beberapa alasan, diantaranya bahwa apa yang  aku sampaikan pada tulisanku belum tentu sama dan dialami oleh teman-teman lainnya. Kedua  berkarya  melaui menulis bagiku tidak memilih apa profesi atau jabatan  atau setinggi apa  pangkatnya , sejauh kita mampu dan bisa menuangkan ide yang ada di kepala kita, kita pasti bisa seperti yang lainnya dan Ketiga, menulis tidak memandang usia, yang terpenting adalah kemauan dan keberanian untuk memulainya.

 

Pada awalnya menulis terasa sangat menyulitkan, terutama pada ide pembuka kata. Bagaimana menempatkan kalimat pada awal tulisan sering terasa tidak cocok dengan ide dan gagasan yang semula sudah di rencanakan, memang akan membutuhkan kesabaran disamping keuletan untuk merangkai kata menjadi kalimat bermakna. Tetapi jika itu telah kita lalui maka selanjutnya ide itu akan mengalir  seperti air. Keseluruhannya itu membutuhkan proses. Kesulitan lainnya yang kita temui dalam menulis adalah membuat kearngka menulis, kerangka inilah yang akan menjabarkan setiap ider pokok perparagraf yang akan ditulis, sampai sekarang pun kadang aku kesulitan dalam hal ini, oleh karena itu aku bergabung lagi dengan satu grup meulis  online  yaitu “ Kelas Menulis Buku Daring”derngan 3 orang mentor handal yaitu Dr.Amie Priami, Dr M.Arfan Muamar dan Dr Ngainun Naim.

 

Anggota grup menulis yang di bentuk melalui telegram ini beragam profesi , berasal  dari berbagai daerah di Indonesia dan dari berbagai kalangan . Bimbingan yang didapatkan dari grup menulis  ini sangat bermanfaat terutama bagi pemula seperti aku. Pengalaman-pengalaman menulis ketiga mentor ini sering di jadikan materi dalam kelas menulis . Begitu pula sesama anggota grup kami selalu berbagi masalah yang nanti masalah tersebut akan dipecahkan bersama di dalam grup menulis online.

 

Inilah kelebihan belajar menulis di grup online, karena disamping tidak membedakan  usia pesertanya hanya , tekad dan kemauanlah yang menjadi alasan agar tetap bisa menulis, selain itu  dalam meulispun kita bisa menceritakan pengalaman hidup kita  ataupun berbagi  ilmu yang kita miliki, dan ini akan terbaca sepanjang  waktu tulisan itu kita itu ada didunia ini .Dengan demikian  menulis pun bisa memperpanjang usia dalam arti bukan secara fisik tetapi karya karya kita akan terus terbaca oleh  anak cucu kita.

Semoga tulisan ini bisa menjadi sumber inspirasi oleh pembaca.

 

Ternate, 8 Nopember 2020