adiyana

adiyana

Sunday, February 14, 2021

 

Pandemic covid -19 , Merubah  Prahara  Menjadi Harapan

 

 


Adiyana Adam

IAIN Ternate,Maluku UTara

adiyanaadam@iain-ternate.ac.id

 

 

Saat ini dunia pendidikan sedang mengalami masalah yang cukup kompleks dengan hadirnya wabah Coronavirus  yang mneyerang seluruh dunia. Dampak serangan virus tersebut berakibat pada   penyelenggaraan pendidikan di  semua jenjang pendidikan. Pada akhirnya  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menerbitkan  Surat  Edaran Nomor  4  Tahun2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Salah satu pokok penting adalah terkait belajar dari   rumah.   

Bagi Sekolah atau Perguruan Tinggi yang sering mengadakan pembelajaran secara online, hal ini tidaklah terlalu sulit  karena  siswa ataupun mahasiswa sudah terbiasa dengan penggunaan sarana atau media  pemebelajaran daring disamping ketersediaan  paket data yang cukup dan sarana yang memadai . Sekolah atau Perguruan Tinggi di maksud biasanya terdapat di kota –kota besar. Demikian pula dengan kehidupan msyarakat di kota tersebut yang  menjadikan pembelajaran adalah sebuah kebutuhan pokok bagi setiap anak dan wajib hukumnya di jalani oleh setiap anak. Dengan adanya Surat Edaran kemendikbud tersebut  , tentulah sangat tidak sulit bagi masyarakat atau mahasiswa, ataupun peserta didik yang  telah terbiasa mengguanakan media atau sarana pembelajaran secara daring.

Lain halnya dengan yang tinggal di daerah yang sarana prasarananya kurang memadai tentulah terasa sangat sulit untuk beradaptasi dengan kebijakan pemerintah tersebut.Bukan hanya saja pada mahasiswa atau peserta didik lainnya tetapi pada tenaga pendidik atau dosen pun mengalami hal yang sama .

Sudah hampir 1 tahun  pembelajaran jarak jauh  atau pembelajaran secara daring dilakukan  sejak  adanya  wabah virus covid -19, Pengalaman demi pengalaman yang didapatkan selama memberikan kuliah di masa mewabahnya pandemic covid-19 memberikan hikmah  yang mendalam karena adanya sesuatu yang  baru  dan kebaharuan itulah yang  harusnya dirasakan bagi seorang pendidik untuk  lebih memaknai tentang rasa

Permasalahan yang dihadapi selama memberikan  kuliah dimasa pandemic memang cukup kompleks, bukan hanya datang dari mahasiswa  saja tetapi sebagai tenaga pendidik seperti dosen dan guru juga banyak merasakan  masalah. Apalagi hidup di daerah kepualaun seperti kami di Maluku Utara, dampak pandemic yang implementasinya mengahruskan pembelajaran secara daring menyebabkan banyak mahasiswa yang pulang kampung

Disadari bahwa sebahagian besar Mahasiswa yang kuliah di tempat kami berasal dari daerah seberang  bahkan ada pula yang berasal dari kampung atau  desa terpencil . yang wilayah nya sangat terbatas dengan  jaringan internet bahkan  ada yang tidak bisa mendapatkan signal internet sama sekali.

 Rata-rata orang tua dari mahasiswa adalah petani atau nelayan. Pada  saat pandemic seperti ini  banyak orang tua dari mahasiswa tidak bisa menjual hasil bumi  karena menurunnya harga secara drastic dari harga normal. Begitupula  dengan nelayan yang kadang tidak bisa melalut dikarenakan  sulitnya mendapatkan bahan bakar, kalaupun bisa melaut maka hasil tangkapan mereka tidak bisa di jual speerti harga normal .  Dampak dari merosotnya penghasilan orang tua inilah maka para mahasiswa tidak bisa membeli handphone  yang memadai  artinya yang daya tampungnya cukup besar  untuk bisa menampung aplikasi pembelajaran daring  seperti zoom atau classroom ataupun membeli laptop yang akan digunkan pada saat pembelajaran daring. Kalaupun mahasiswa tersebut mempunyai HP  yang memadai persoalan yang lain adalah mereka tidak mempunyai data untuk dapat  digunakan pada saat pembelajaran daring. Sementara paket data yang diberikan kampus kuotanya terbatas dan hanya bisa di gunakan pada saat berada dikampus.Sementara pembelajaran daring baik dosen maupun mahasiswa , masing-masing berada dirumah  yang mengharuskan adanya paket data .Untuk meminta kiriman uang  kepada  orang tua yang berada di kampung pun sudah tak bisa karena ekonomi orang tua pun pas-pasan .  Kendala inilah yang paling sangat dirasakan oleh mahasiswa maupun dosen. Bagaimana  seorang dosen membijaki mahasiwa yang jika pada saat kuliah daring mahasiswa tersebut tidak dapat mengikuti kuliah karena tidak mempunyai paket data maupun media yang memadai.

Masalah yang kedua adalah daerah tempat tinggal mahasiswa tidak dapat  mengakses internet, kalaupun ada, hanya bisa mengakses melalui kampung sebelah yang jaraknya berkilo kilo meter dan itu dijkangkau dengan berjalan kaki karerna tidak ada kendaraan , ataupun harus menaiki pohon kelapa yang tingginya beberapa meter, baru bisa mendapatrkan signal  internet. 

Adanya permasalahan diatas berdampak pada ketrampilan beberapa mahasiwa yang tidak bisa menggunkan sarana atau media pembelajaran daring, gaptek (gagal Tekhnologi) karena tidak terbiasa menggunakan handphone anroid maupun laptop

Jika proses perkuliahan daring dilakukan  hanya sekali atau dua kali dan mahasiswa tersebut tidak dapat mengikuti  proses perkuliahan sebanyak itu, mungkin saja  masih bisa dibijaki dengan hal lain tetapi jika proses kuliah daring dilakukan sampai dengan selesai semester yang terjadi dengan mahasiswa tersebut?.. apakah tega seorang dosen memberikan kuliah hanya pada sebagain mahasiswa saja sementara yang lain tidak bisa mengikuti proses perkuliahan karena ada hal-hal yang tidak bisa dihindari?

Demikian pula dengan pemberian nilai akhir , apakah bisa dosen memberi nilai pada mahasiswa yang tidak mengikuti proses perkuliahan  sama dengan  mahasiswa yang setriap saat hadir dalam proses perkuliahan? ataukah dosen tersebut tidak bisa membertikan niali apapun pada mahasiswa tersebut?. Dari hasil percakapan kami dengan beberapa mahasiswa yang tinggal daerah sdulit internet mereka menginginkan bisa menghadiri perkuliahan sesuai jadwal yang  telah di tetapkan tapi karena keterbatasan sarana membuat mereka tak berdaya

Hal ini tentunya menjadi suatu dilema bagi seorang dosen  juga mahasiswa . dan  tentunya bagioi seorang dosen menuntut proses kedewasaan” asa”  , kedewasaan dalam arti bagaimana dia membijaki persoalan yang ada agar tidak ada mahasiswa yang dirugikan, bagaimana seorang dosen melihat dengan kacamata”  hati “  agar proses pembelajaran yang diberikan bisa dinikmati dan berdampak pada setiap mahasiswa tanpa terkecuali. Bagaimana seorang dosen  berupaya mengganti materi dan metode  agar mahasiswa tetap mendapat nilai, mengubah strategi pembelajaran  agar mahsiswa tetap terjaga dan paham pembelajaran walaupun dengan keterbatasan sarana dan waktu

Satu hal yang  telah hilang disaat pembelajaran dilakukan secara daring kebiasan tatap muka memberikan pelajaran yang sangat bertarti , tentang kedekatan dosen dan mahasiswa, tentang sikap dan bertutur sapa,. Kedekatan inilah yang akan  membentuk karakter dan etika mahasiswa. Pembelajaran secara daring tidak bisa menjamin akan membentuk spriritual maupun karenater mahasiswa dengan baik , kecerdasan yang terbentuk ketika memahami  suatu  ilmu bukan hanya secara intelektual tetapi juga secara spiritual.

Komunikasi secara tatap muka antara mahasiswa dengan seorang dosen akan membentuk kematangan spiritual  bagi mahsiswa, tetapi dalam pembelajaran daring semua terfokus pada sistim baik dosen maupun mahasiswa sehingga  etika dan moral terabaikan. Hal seperti ini kadang berdampak pada penurunan kualitas pendidikan sehingga berdampak pada putusnya  perkuliahan . Putusnya  perkuliahan berdampak pula pada  masalah sosial lainnya seperti pernikahan dini , meningkatnya kenakalan remaja dan lain-lain

Wabah covid telah merubah kebiasaan dari kuliah  tatap  muka menjadi kuliah daring wahana pun berubah dari yang biasa berhadapan di kelas kini hanya  bertemu lewat media online, adanya perubahan  ini tentunya banyak mahasiswa yang belum siap menghadapi karena banyak hal. Perlahan dan pasti keadaan seperti ini lambat laun bisa teratasi dengan membisakan diri menggunakan sarana online

Wabah covid ini pula banyak memberikan pembelajaran kepada kita, bukan saja prahara yang kita terima dari wabah tersebut  tetapi ada hal lain yang sifatnya memberikan pembelajaran , bagaimana seorang dosen dan mahasiswa  dituntut  untuk lebih memahami penggunaan tehmologi informatika dan bisa  menguasai apliaksi media sosial,

Tuhan memberikan cobaan kepada umatnya bukan dengan sia-sia, ada hikmah dibalik cobaan tersebut, ada seuatu yang Allah swt coba beriklan kepada kita  , media sosial yang tadinya menjadi sarana hiburan atau bahkan sesuatu yang  asing bagi masyarakat, kini menjadi sarana silaturrahmi virtual yang kapanpun bisa digunakan dalam rangka menjalin komunikasi yang diinginkan. Tentunya hal ini berlaku pula bagi seorang dosen dan mahasiswanya. Wabah pandemic mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan memahami keadaan, peduli kepada sesama dan tetap menjaga silaturrahmi. serta semangat yang sama untuk menjunjung tinggi etika.