adiyana

adiyana

Saturday, October 15, 2022

EVALUASI PROGRAM DAN RENCANA PENDIDIKAN MODEL CIPPP

 EVALUASI PROGRAM DAN RENCANA PENDIDIKAN MODEL CIPPP

Oleh : Adiyana Adam

 

A.     LATAR BELAKANG

 

Allah swt  menciptakan manusia   untuk  menjadi  khalifatullah  fil  ardh dengan berbagai kapasistas dan kemampuan  yang dimiliki. Kemampuan yang ada pada diri manusia berupa suatu keunggulan dan kelebihan jika dibandingkan dengan mahluk ciptaan Allah swt yang lain.

 QS . Al-Isra  Ayat 70:

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Artinya:

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan[1]

Manusia  diberikan kelebihan  berupa akal pikiran. Dengan kelebihan akal pikiran inilah manusia  dapat melakukan  perbandingan, menganalisa dan merenung bahkan membuktikan sesuatu terhadap masalah yang mengharuskan dia berpikir.    Proses  berpikir  atau  bernalar nya manusia  merupakan  bentuk kegiatan  untuk  mendapatkan  pengetahuan  dan  ini  dapat dikatakan sebagai bentuk proses belajar dan pembelajaran.[2]

Selaian kemampuan jasmani, manusia sebagai mahluk sosial mempunyai kemampuan Kognitif ( Kekampuan berpikir, mengingat,menilai dll). Manusia dapat mekasimalkan kemampouan kognitifnya melalui proses  belajar[3] Belajar merupakan aktivitas utama bagi setiap manusia. Sebegitu pentingnya belajar bagi manusia  sehingga hampir tidak ada manusia yang lepas dari kegiatan belajar.

Belajar itu sendiri tidak harus melalui pendidikan formal seperti sekolah atau tingkat pendidikan lainnya. Proses belajar juga dapat dilakukan dalam pencarian nilai-nilai kehidupan di rumah, di lingkungan sekitar, bahkan di dalam sebuah tempat yang tidak pernah disangka oleh manusia.

Dalam proses belajar itu sendiri diharapkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan. Perubahan  perilaku  terhadap  hasil belajar  bersifat  continiu, fungsional,  positif,  aktif,  dan  terarah. Dari tahapan tahapan proses interaksi belajar tersebut maka lahirlah yang di sebut dengan  pembelajaran. Rangkaian proses diatas tidak lain bertujuan  mengembangkan kemampuan kognitif(pengetahuan) , afektif ( sikap ), dan psikomotorik(ketrampilan ) seseorang.

Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, lebih- lebih setelah diundangkannya Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi pengertian tentang pembelajaran. Dalam Pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan sebagai “... proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.[4]

Dengan demikian Belajar dan Pembelajaran adalah dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dimana keduanya merupakan interaksi edukatif yang memiliki Norma-norma.  Antara belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpul terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran, walaupun tidak semua proses belajar merupakan hasil pembelajaran Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar bersifat internal-individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat publik.

 

1.    Pengertian Belajar dan Pembelajaran

1,1 Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara etimologis belajar memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu". Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar merupakan proses peru-bahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.

Belajar adalah suatu perubahan.Perubahan itu terjadi dengan mengembangkan suatu ketrampilan baru,memahami pengetahun baru hingga bisa merubah sikap dan perubahan.Perubahan tersebut tidak hanya bersifat incidental namun bersifat alami seiring dengan pertambahan usia[1]

Belajar  merupakan suatu proses pengajaran dan pembelaaran untuk merubah perilaku baik buruk seseorang untuik menjadi perilaku yang lebih baik, yaitu meningkatkan pengetahuan, pemikiran, pemahaman, sikap dan berbagai kemampuan lainnya[2]

Dari pengeritian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah  suatu Propses perubahantingkah laku secara keseluruhan, bersifat positif dan bertujuan serta mencakup seluruh aspek tingkah laku lainnya.

Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat hasil dari belajar tersebut tampak jelas dikemukakan oleh para ahli tentang defenisi belajar ,antara lain:

a.       Belajar menurut Pandangan B. F. Skinner Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguatan (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards) dari guru atas hasil bela- jarnya. Skinner membuat perincian lebih jauh dengan membedakan adanya dua macam respons. Pertama, respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut eliciting stimuli menimbulkan respons- respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului res- pons yang ditimbulkannya. Kedua, operant response, yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan menjadi lebih giat belajar apabila mendapat hadiah sehingga responsnya menjadi lebih intensif atau kuat.6 Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar, sehingga belajar merupakan hubungan antara stimulus dengan respons (S–R)[3]

b.      Matthew H.Olsson dan B.R Hergenhahn dalam bukunya : An Introductiob Of Theori of Learning mengemukakan bahwa :  Learning, as we have seen, is a general term that is used to describe changes in behav- ior potentiality resulting from experience. [4] (Belajar adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan perubahan dalam potensi perilaku yang dihasilkan dari pengalaman)

c.       Menurut Moh. Surya : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

d.      Menurut Ngalim Purwanto :  Belajat adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.[5]

e.       S. Rahmi Ramadhani  dkk dalam bukunya  Belajar dan pembelajaran ( Konsep dan pengembangan) menyatakan : Belajar merupakan proses memperoleh ilmu. Belajar merupakan kegiatan yang menghasilkan adanya perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mampu menjadi mampu. Sedangkan pembelajaran mengacu pada dua konsep, yakni belajar dan mengajar.[6]

Dari  Pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk ke-mampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.

Dari perubahan tingkah laku itulah. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi .Kebahagiaan duniawi  diperoleh  karena dalam belajar diperoleh  tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan, yaitu  ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Adapun kebahagiaan ukhrawi didapatkan dari ilmu yang dipelajari  (kemampuan dalam tiga ranah tersebut) dapat diamalkan dan bermnanfaat  sebaik mungkin untuk kemslahatn  umat manusia sehingga proses belajar itu sendiri akan bernilai ibadah. Dengan Ilmu pengetahun yang didapat dari hasil belajar akan meninggikan derajat Manusia dihadapan Allah swt.  Sebagaimana Firman Allah salam surah Almujadallah  ayat 11  yang artinya :

“ .....niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

1.2.       Pembelajaran

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar[7]

Pembelajaran sebagai konsep pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial untuk menghasilkan proses belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional  belajar dan pembelajaran  adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.

Pembelajaran dipandang secara nasional sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan yang dicirikan dengan karakteristik tertentu. Pertama, melibatkan proses mental siswa secara mak- simal dalam proses pembelajaran. Kedua, membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan mening- katkan kemampuan berpikir siswa yang pada gilirannya dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Terkait dengan proses pembelajaran itu sendiri terdapat beberapa pengertian   pembelajaran yang  dikemukakan para ahli, antara lain:

a.       Menurut Dimyati dan Mudjiono, dalam bukunya : Belajar dan pembelajaran  berpendapat bahwa : Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.[8]

b.      Menurut Syaiul Sagala dalam bukunya Konsep dan Makna pembelajaran berpendapat bahwa : kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam mempelajari suatu meteri pelajaean yang telah tersusun dalam suatu kurikulum.[9][i]

c.       Rahmi Damiyanti dkk dalam buku : Belajar dan pembelajaran ( Konsep dan pengembangan) mengemukakan bahwa  Pembelajaran merupakan proses yang kompleks dengan menghadirkan kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa serta kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru[10]

d.      Menurut Duffy dan Roehler, Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.[11]

e.       Menurut Gagne dan Briggs Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.[12]

f.        M.Hanafi dkk dalam bukunya  Konsep Belajar Dan Pembelajaran mengemukakan bahwa  : Pembelajaran merupakan usaha pendidik untuk mewujudkan terjadinya proses pemerolehan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sehingga dengan demikian untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan, maka pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran.[13]

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat, dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan aktivitas utama dalam pendidikan

 

 

2.    Teori Belajar dan Pembelajaran

Secara pragmatis, teori belajar merupakan prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Terjadinya interaksi antara mengajar dengan belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi pendidik walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan belajar[14] Untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan, maka pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran. Terdapat  3 terori belajar dan pembelajaran, antara lain:

a.              Teori Behaviorisme

Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental. Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus[15]

.Teori behaviorisme  dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/ buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.

Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:

1)     Obyek psikologi adalah tingkah laku.

2)      Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.

3)     . Mementingkan pembentukan kebiasaan.

4)      Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri.

5)     . Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.

Salah satu unsur pendidik bagi seorang guru yang profesional adalah   bagaimana dia memahami proses belajar siswanya  dan mampu mengorganisir berlangsungnya proses belajar mengajar sehingga dari proses tersebut dapat membentuk  karakter peserta didik. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar. Dengan menguasai hakikat dan konsep dasar tentang belajar diharapkan guru mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama pembelajaran  adalah  memfasilitasi  tumbuh  dan  berkembangnya  belajar dalam diri peserta didik[16]

b.         Teori Kognitivisme

Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yangmempunyai persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Dijelaskan oleh Baharuddin dkk. (2008: 87) menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Menurut Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang anak melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses yang mengalir, sambungmenyambung, dan menyeluruh. Teori kognitif ini muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Asumsi yang mendasari teori ini adalah, bahwa setiap anak telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh anak. [17]

Karakteristik teori belajar kognitif :

1)  Belajar adalah proses mental bukan behavioral

2)  Siswa aktif sebagai penyalur.

3)   Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif

4)  . Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus.

5)   Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.

6)  . Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.[18]

 

c.              Teori Kontruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

 Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya.Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan.

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:

1)            Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

2)             Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terusmenerus seumur hidup.

3)             Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri.Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

4)             Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar.

5)             Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa. 6. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.

 Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial.

                           Adapun prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :

1)            Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

2)             Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3)            . Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

4)             Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.

5)             Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

6)             Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

7)             Mmencari dan menilai pendapat siswa.

8)            . Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Dari uraian diatas daapt disimpulkan bahawa : Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.

Pembelajaran adalah adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sehingga dengan demikian untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan, maka pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran

Teori- teori belajar dalam pembelajaran merupakan sebuah sistem yang dapat diuji kebenaranya oleh siapa pun dan terbuka untuk dikaji ulang dalam perspektif yang sama, dan mungkin dapat digantikan dengan sebuah sistem baru, yang sudah mengalami kajian dan penelitian lain. Sedangkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.

Terdapat 3 teori belajar dan Pembelajaran  yaitu:

1.       Teori Belajar Kognitivisme . Teori ini Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang anak melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses yang mengalir, sambungmenyambung, dan menyeluruh. Teori kognitif ini muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Asumsi yang mendasari teori ini adalah, bahwa setiap anak telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh anak

2.      Teori Belajar Behaviorisme Behaviorisme. Menurut Teori ini  belajar  adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus.

3.      Teori  Belajar Kontruktivisme . Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep

 

 



[1] Suhelayanti Suhelayanti Rahmi Ramadhani, Masrul Masrul, Dicky Nofriansyah, Mustofa Abi Hamid, I Ketut Sudarsana, Sahri Sahri, Janner Simarmata, Meilani Safitri, Belajar Dan Pembelajaran ( Konsep Dan Pengembangan), ed. Tanni Limbong, Cetakan 1 (Yayasan Kita menulis, n.d.), https://books.google.co.id/books?id=QprzDwAAQBAJ&lpg=PR5&ots=lo-AcMqLjG&dq=konsep belajar dan pembelajaran&lr&pg=PR5#v=onepage&q=konsep belajar dan pembelajaran&f=false.

[2] Mei Nanda Sari Yuannisah Aini Nasution, Saprida, Asri Yulianda, Eko Firman Susilo, Atika Sadariah Nasution, Konsep Belajar Dan Pembelajaran Di Era 4.0, ed. Ronal S.Om M.Kom Wathrianthos, Mei 2022 (Penerbit Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesa (PRMI), 2022), https://books.google.co.id/books?id=9TdyEAAAQBAJ&lpg=PP1&dq=konsep belajar dan pembelajaran&lr&pg=PP4#v=onepage&q=konsep belajar dan pembelajaran&f=false.

[3] Anshori, “Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an.”

[4] B.R.Hergenhahn Mathew H.Olson, An Introduction to Theories of Learning, 9th ed. (Perancis: Psyhology Press, Taylor& Francis Group, 2013), https://b-ok.asia/book/18141263/d665fc.

[5] Syifa S. Mukrimaa, “53 Metode Belajar Pembelajaran,” 2014, 212.

[6] Rahmi Ramadhani, Masrul Masrul, Dicky Nofriansyah, Mustofa Abi Hamid, I Ketut Sudarsana, Sahri Sahri, Janner Simarmata, Meilani Safitri, Belajar Dan Pembelajaran ( Konsep Dan Pengembangan).

[7] “UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional” (2003).

[8] Mudjiono Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Jakarta : Rineka Cipta, 2006, 2006).

[9] Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Cetakan ke (Bandung: Bandung : Penerbit Alfabeta, 2017 © 2017, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2017).

[10] Rahmi Ramadhani, Masrul Masrul, Dicky Nofriansyah, Mustofa Abi Hamid, I Ketut Sudarsana, Sahri Sahri, Janner Simarmata, Meilani Safitri, Belajar Dan Pembelajaran ( Konsep Dan Pengembangan).

[11] Mukrimaa, “53 Metode Belajar Pembelajaran.”

[12] Mukrimaa.

[13] Muh. Sain Hanafy, “Konsep Belajar Dan Pembelajaran,” Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 17, no. 1 (2014): 66–79, https://doi.org/10.24252/lp.2014v17n1a5.

[14] Muhammad Siri Dangnga and Andi Abdul Muis, Teori Belajar Dan Pembelajaran Inovatif, Si Buku Makassar, vol. 2, 2015.

[15] Baharuddin Baharuddin and Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran, 2008, http://repository.uin-malang.ac.id/6124/.

[16] M.Pd. Prof. Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar : Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Pemahaman Konsep Umum & Islami, ed. Redaksi Refika, Cetakan ke (Bandung: Bandung : Refika Aditama, 2017 ©2017, 2017).

[17] Baharuddin and Wahyuni, Teori Belajar Dan Pembelajaran.

[18] Rosnawati Gusnarib Wahab, Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran, 2016.



 

 

 



[1] Muhammad Anas Fakhruddin, “Tafsir Surat Al-Isra’ Ayat 70: Kemuliaan Bani Adam Dalam Al-Quran,” 2020, https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-isra-ayat-70-kemuliaan-bani-adam-dalam-al-quran/#:~:text=Tafsir QS Al-Isra’ ayat 70%3A Allah memuliakan manusia,Adam dan itu tertuang dalam firman-Nya yang berbunyi%3A.

[2] Muhamad Anshori, “Konsep Dasar Belajar Dan Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an,” Dirasah: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Dasar Islam 1, no. 1 (2019): 52–63.

[3] Haris FirmansyahAstrini Eka Putri, No Belajar Dan Pembelajaran ( Konsep Dasar Dan Teori), November 2 (Penerbit Lakeisha, 2021), https://books.google.co.id/books?id=6YFzEAAAQBAJ&hl=id&source=gbs_navlin.

[4] M.A Prof.Dr.Udin S.Winataputra, Hakikat Belajar Dan Pembelajaran, Repository UT, vol. 1, 2020, https://doi.org/10.30736/atl.v1i2.85.