Pandemic
covid -19 , Merubah Prahara Menjadi Harapan
Adiyana
Adam
IAIN Ternate,Maluku UTara
adiyanaadam@iain-ternate.ac.id
Saat ini dunia pendidikan
sedang mengalami masalah yang cukup kompleks dengan hadirnya wabah Coronavirus yang mneyerang seluruh dunia. Dampak serangan
virus tersebut berakibat pada
penyelenggaraan pendidikan di
semua jenjang pendidikan. Pada akhirnya
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) menerbitkan
Surat Edaran Nomor
4 Tahun2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Salah satu pokok penting adalah terkait belajar dari rumah.
Bagi Sekolah atau Perguruan
Tinggi yang sering mengadakan pembelajaran secara online, hal ini tidaklah
terlalu sulit karena siswa ataupun mahasiswa sudah terbiasa dengan
penggunaan sarana atau media
pemebelajaran daring disamping ketersediaan paket data yang cukup dan sarana yang memadai
. Sekolah atau Perguruan Tinggi di maksud biasanya terdapat di kota –kota
besar. Demikian pula dengan kehidupan msyarakat di kota tersebut yang menjadikan pembelajaran adalah sebuah
kebutuhan pokok bagi setiap anak dan wajib hukumnya di jalani oleh setiap anak.
Dengan adanya Surat Edaran kemendikbud tersebut
, tentulah sangat tidak sulit bagi masyarakat atau mahasiswa, ataupun
peserta didik yang telah terbiasa
mengguanakan media atau sarana pembelajaran secara daring.
Lain halnya dengan yang
tinggal di daerah yang sarana prasarananya kurang memadai tentulah terasa sangat
sulit untuk beradaptasi dengan kebijakan pemerintah tersebut.Bukan hanya saja
pada mahasiswa atau peserta didik lainnya tetapi pada tenaga pendidik atau
dosen pun mengalami hal yang sama .
Sudah hampir 1 tahun pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran secara daring
dilakukan sejak adanya
wabah virus covid -19, Pengalaman demi pengalaman yang didapatkan selama
memberikan kuliah di masa mewabahnya pandemic covid-19 memberikan hikmah yang mendalam karena adanya sesuatu yang baru
dan kebaharuan itulah yang harusnya
dirasakan bagi seorang pendidik untuk
lebih memaknai tentang rasa
Permasalahan yang dihadapi
selama memberikan kuliah dimasa pandemic
memang cukup kompleks, bukan hanya datang dari mahasiswa saja tetapi sebagai tenaga pendidik seperti
dosen dan guru juga banyak merasakan
masalah. Apalagi hidup di daerah kepualaun seperti kami di Maluku Utara,
dampak pandemic yang implementasinya mengahruskan pembelajaran secara daring
menyebabkan banyak mahasiswa yang pulang kampung
Disadari bahwa sebahagian
besar Mahasiswa yang kuliah di tempat kami berasal dari daerah seberang bahkan ada pula yang berasal dari kampung atau
desa terpencil . yang wilayah nya sangat terbatas dengan jaringan internet bahkan
ada yang tidak bisa mendapatkan signal
internet sama sekali.
Rata-rata orang tua dari mahasiswa adalah
petani atau nelayan. Pada saat pandemic
seperti ini banyak orang tua dari
mahasiswa tidak bisa menjual hasil bumi karena menurunnya harga secara drastic dari
harga normal. Begitupula dengan nelayan
yang kadang tidak bisa melalut dikarenakan
sulitnya mendapatkan bahan bakar, kalaupun bisa melaut maka hasil
tangkapan mereka tidak bisa di jual speerti harga normal . Dampak dari merosotnya penghasilan orang tua
inilah maka para mahasiswa tidak bisa membeli handphone yang memadai
artinya yang daya tampungnya cukup besar
untuk bisa menampung aplikasi pembelajaran daring seperti zoom atau classroom ataupun membeli
laptop yang akan digunkan pada saat pembelajaran daring. Kalaupun mahasiswa
tersebut mempunyai HP yang memadai
persoalan yang lain adalah mereka tidak mempunyai data untuk dapat digunakan pada saat pembelajaran daring.
Sementara paket data yang diberikan kampus kuotanya terbatas dan hanya bisa di
gunakan pada saat berada dikampus.Sementara pembelajaran daring baik dosen
maupun mahasiswa , masing-masing berada dirumah
yang mengharuskan adanya paket data .Untuk meminta kiriman uang kepada orang tua yang berada di kampung pun sudah tak
bisa karena ekonomi orang tua pun pas-pasan . Kendala inilah yang paling sangat dirasakan
oleh mahasiswa maupun dosen. Bagaimana
seorang dosen membijaki mahasiwa yang jika pada saat kuliah daring
mahasiswa tersebut tidak dapat mengikuti kuliah karena tidak mempunyai paket
data maupun media yang memadai.
Masalah yang kedua adalah daerah
tempat tinggal mahasiswa tidak dapat mengakses internet, kalaupun ada, hanya bisa
mengakses melalui kampung sebelah yang jaraknya berkilo kilo meter dan itu
dijkangkau dengan berjalan kaki karerna tidak ada kendaraan , ataupun harus
menaiki pohon kelapa yang tingginya beberapa meter, baru bisa mendapatrkan
signal internet.
Adanya permasalahan diatas
berdampak pada ketrampilan beberapa mahasiwa yang tidak bisa menggunkan sarana
atau media pembelajaran daring, gaptek (gagal Tekhnologi) karena tidak terbiasa
menggunakan handphone anroid maupun laptop
Jika proses perkuliahan
daring dilakukan hanya sekali atau dua
kali dan mahasiswa tersebut tidak dapat mengikuti proses perkuliahan sebanyak itu, mungkin
saja masih bisa dibijaki dengan hal lain
tetapi jika proses kuliah daring dilakukan sampai dengan selesai semester yang
terjadi dengan mahasiswa tersebut?.. apakah tega seorang dosen memberikan
kuliah hanya pada sebagain mahasiswa saja sementara yang lain tidak bisa
mengikuti proses perkuliahan karena ada hal-hal yang tidak bisa dihindari?
Demikian pula dengan pemberian
nilai akhir , apakah bisa dosen memberi nilai pada mahasiswa yang tidak
mengikuti proses perkuliahan sama
dengan mahasiswa yang setriap saat hadir
dalam proses perkuliahan? ataukah dosen tersebut tidak bisa membertikan niali
apapun pada mahasiswa tersebut?. Dari hasil percakapan kami dengan beberapa
mahasiswa yang tinggal daerah sdulit internet mereka menginginkan bisa
menghadiri perkuliahan sesuai jadwal yang
telah di tetapkan tapi karena keterbatasan sarana membuat mereka tak
berdaya
Hal ini tentunya menjadi
suatu dilema bagi seorang dosen juga mahasiswa . dan tentunya bagioi seorang dosen menuntut proses
kedewasaan” asa” , kedewasaan dalam arti
bagaimana dia membijaki persoalan yang ada agar tidak ada mahasiswa yang
dirugikan, bagaimana seorang dosen melihat dengan kacamata” hati “
agar proses pembelajaran yang diberikan bisa dinikmati dan berdampak
pada setiap mahasiswa tanpa terkecuali. Bagaimana seorang dosen berupaya mengganti materi dan metode agar mahasiswa tetap mendapat nilai, mengubah
strategi pembelajaran agar mahsiswa
tetap terjaga dan paham pembelajaran walaupun dengan keterbatasan sarana dan waktu
Satu hal yang telah hilang disaat pembelajaran dilakukan
secara daring kebiasan tatap muka memberikan pelajaran yang sangat bertarti ,
tentang kedekatan dosen dan mahasiswa, tentang sikap dan bertutur sapa,.
Kedekatan inilah yang akan membentuk
karakter dan etika mahasiswa. Pembelajaran secara daring tidak bisa menjamin
akan membentuk spriritual maupun karenater mahasiswa dengan baik , kecerdasan
yang terbentuk ketika memahami
suatu ilmu bukan hanya secara
intelektual tetapi juga secara spiritual.
Komunikasi secara tatap muka
antara mahasiswa dengan seorang dosen akan membentuk kematangan spiritual bagi mahsiswa, tetapi dalam pembelajaran
daring semua terfokus pada sistim baik dosen maupun mahasiswa sehingga etika dan moral terabaikan. Hal seperti ini
kadang berdampak pada penurunan kualitas pendidikan sehingga berdampak pada
putusnya perkuliahan . Putusnya perkuliahan berdampak pula pada masalah sosial lainnya seperti pernikahan
dini , meningkatnya kenakalan remaja dan lain-lain
Wabah covid telah merubah
kebiasaan dari kuliah tatap muka menjadi kuliah daring wahana pun berubah dari
yang biasa berhadapan di kelas kini hanya bertemu lewat media online, adanya
perubahan ini tentunya banyak mahasiswa
yang belum siap menghadapi karena banyak hal. Perlahan dan pasti keadaan
seperti ini lambat laun bisa teratasi dengan membisakan diri menggunakan sarana
online
Wabah covid ini pula banyak
memberikan pembelajaran kepada kita, bukan saja prahara yang kita terima dari wabah
tersebut tetapi ada hal lain yang
sifatnya memberikan pembelajaran , bagaimana seorang dosen dan mahasiswa dituntut
untuk lebih memahami penggunaan tehmologi informatika dan bisa menguasai apliaksi media sosial,
Tuhan memberikan cobaan
kepada umatnya bukan dengan sia-sia, ada hikmah dibalik cobaan tersebut, ada
seuatu yang Allah swt coba beriklan kepada kita
, media sosial yang tadinya menjadi sarana hiburan atau bahkan sesuatu
yang asing bagi masyarakat, kini menjadi
sarana silaturrahmi virtual yang kapanpun bisa digunakan dalam rangka menjalin
komunikasi yang diinginkan. Tentunya hal ini berlaku pula bagi seorang dosen
dan mahasiswanya. Wabah pandemic mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan
memahami keadaan, peduli kepada sesama dan tetap menjaga silaturrahmi. serta
semangat yang sama untuk menjunjung tinggi etika.