\
Rina, si Feminin yang Maskulin
Keterpurukan ekonomi masyarakat pedesaan karena berbagai faktor membuat banyak masyarakat desa yang pindah kekota dengan alasan mencari pekerjaan yang layak agar bisa menghidupkan keluarga. Apalagi jika salah seorang diantara keluarga mereka sudah ada yang menetap walaupun hanya berifat sementara di perkotaan, ini juga menjadi alasan seluruh atau sebagian keluarganya berpindah tempat didesa menuju kota. Masalah apa yang terjadi nanti di kota bukan menjadi soal, yang penting bagi mereka bahwa daerah perkotaan banyak menjanjikan pekerjaan. Perempuan atau laki-laki, Tua atapun muda ini juga bukan menjadi suatu masalah , yang penting kemauan dan niat untuk bekerja
Rina, salah seorang penduduk kecamatan Gane Barat,Kabupaten Halmahera selatan beserta ibu dan satu adiknya adalah salah satu keluarga yang pindah ke kota (Ternate). Dari hasil perbincangan kami berdua di sela sela kesibukannnya bekerja alasan dia dan keluarganya ke Ternate karena di desa sulit mendapatkan pekerjaan,sehingga untuk menunjang ekonomi keluarga sangat sulit. Ayah mereka tempat sandaran hidup untuk mencari nafkah sudah lama meninggal dunia, sehingga kalaupun di desa mereka mempunyai kebun tapi terasa sulit untuk mengolah nya. Salah satu alasannya juga mengapa keluarga Rina mau berurban ke Ternate karena ada saudara perempunyannya yang sudah bekerja di Ternate , yaitu di sebuah toko di seputaran kota Ternate . Dengan berbekal Pendidikannya yang hanya sampai di sekolah dasar , Rina dan keluarganya memberanikan diri ke Ternate dengan maksud bisa bekerja apa saja yang penting bisa menopang hidup keluarganya.
Lokasi tempat Rina bekerja hanya seputaran pasar .Pekerjaannyapun serabutan sesuai dengan permintaan pedagang ikan atau pedagang sayur, kadang dia mengangkat sampah bekas penjualan ikan atau bekas penjualan sayur lalu dibuangnya ke tempat penampungan sampah, kadang juga dia mengangkat ikan dari perahu ke tempat dimana pelanggan ikan itu berjualan.Upah yang diberikan dari hasil kerjanya hanya sekitar 20.000 rupiah kadang juga kurang dari 20.000 rupiah , dan setiap harinya Rina mengumpulkan uang sekitar 200 ribu rupiah dari kerjanya sehari penuh.
Hampir setiap kali aku ke pasar ikan , selalu kudapatkan Rina sedang melakukan aktifitasnya,. Dengan ember di bahunya yang penuh dengan sampah pembuangan ikan, Rina melakukan kegiatannya membuang sampah , perawakannya agak tinggi, dengan potongan rambut pendek menyerupai laki-laki, dan sering menggunakan kaos oblong dan celana pendek, jika di lihat sepintas, pasti orang mengira Rina seorang laki-laki, karena kebiasaan laki-laki jika mengangkat barang yang berat pasti dipikul dipundaknya dan perempuan biasanya di tenteng atau di taruh di atas kepalanya, cara
Begitulah keseharian Rina, yang bekerja dari pagi hingga sore hari menjelang malam, kadang dia pulang ke rumah kontrakannya untuk menemui ibu dan saudaranya , menyerahkan seluruh upah kerja untuk ibunya , kadang juga tidak , bahkan terkadang Rina tidur disekitar pasar dimana ada tempat yang bisa di gunakan untuk berbaring disitulah dia tidur. Kehidupan pasar yang keras bahkan kadang tidak berperikemanusiaan sepertinya tidak terpikirkan oleh Rina yang memang sebelumnya tidak dipikirkan akan terjadi . Apa yang ada dalam pikiran Rina hanya bekerja dan mendapatkan uang yang banyak demi memenuhi ekonomi keluarganya, untuk kelangsungan hidup ibu dan adik nya yang sedang bersekolah.
Hidup dilingkungan pasar membuat Rina selalu berhubungan dengan masyarakat disekitar nya yang rata-rata ekonominya lemah, dimana masyarakat seperti ini mudah sekali memunculkan ledakan emosisonal yang tak terkendali, mendorong perbuatan dan budaya kekerasan dan bahkan beranggapan bahwa kehadiran wanita hanya sebagai pelampiasan hawa nafsu.Pada suatu ketika Rina pun diperkosa, siapa pelakunya dia sendiri tidak tahu ini terjadi 1 tahun setelah dia berada di Kota Ternate. Sayangnya waktu 1 tahun belum bisa membuat Rina betu- betul memahami karakter hidup masyarakat pasar. Kepada siapa Rina mau melaporkan masalah pemerkosaan atas dirinya, dia sendiri tidak tahu, karena memang orang pasar beranggapan Rina tidak seperti perempuan normal lainnya. Masyarakat pasar menganggap sosok Rina adalah perempuan yang tidak Normal jiwanya.
Sempat aku tanyakan tentang kedadaan anak nya, Rina menjawab anaknya seorang perempuan,semenjak lahir sudah di ambil dan dipelihara oleh seorang polisi yang dia sendiri tidak tahu identitas polisi tersebut. Sempat juga aku tanyakan perihal perasaan Rina ke anaknya, dia menjawab bahwa dia sudah tidak mengingat anaknya lagi. Bagiku jawaban Rina adalah sesuatu yang diucapkan bukan dari lubuk hatinya, karena keterikatan seorang anak dengan ibu kandungnya sudah terjadi semenjak anak itu berada dalam kandungan ibunya dan mustahil seorang ibu bisa melupakannya begitu saja. Ataupun karena Rina adalah sosok perempuan yang mengalami keterbelakangan mental sehingga apa yang di ucapkan hanya sekedar untuk memenuhi jawaban sebuah pertanyaan dan merupakan sebuah kompensasi dari keadaan mentalnya agar dia bisa melupakan semua kejadian itu
Dampak psikologis akibat kekerasan yang di alami Rina sangat terlihat nyata, Rina sudah mulai mengkonsumsi rokok, pergaulannya pun sudah bebas dan rata rata teman-temanya adalah laki-laki. Memang apa yang dilakukan Rina saat ini adalah implenetasi dari sebuiah rasa kekecewaan yang mendalam yang dia sendiri tidak tahu mau melampiaskan kemana. Saat-saat seperti ini Rina butuh seseorang yang bisa membaca isi hatinya yang mau mendengarkan keluhannya bahkan memberi dorongan moril untuk dia, tapi siapa orang itu ? Rina sendiri tidak tahu. Bagaimanapun kondisi dan situasi fisik dan psyhis yang dialamai Rina sekarang , dia tetap berusaha tegar karena dia adalah harapan ibu adiknya dalam penopang ekonomi keluarganya .Dengan cara Rina meleburkan diri dalam pergaulan dengan laki-laki dan berperangai layaknya seoramg laki-laki baik dari cara berpakaian maupun dari potongan rambut dan tampak maskulin , dia berharap agar tidak akan ada satupun laki- laki yang akan menggangunya lagi.
Ternate, 29 Agustus 2020
Pasar Ikan Ternate
Adiyana Adam
Penulis