Pada suatu kesempatan, setelah kami selesai makan malam sekitar jam 10 malam WIT di seputaran belakang mol kota Ternate, terlihat seorang anak laki-laki berusia sekitar 6 tahun, bisu ,badannya kurus, kulit nya hitam manis, rambut yang sedikit keriting dan tanpa menggunakan alas kaki, berlari-lari kecil menghampiri mobil yang akan aku tumpangi, dengan menggunakan lambaian tangan dan anggukan kepala dan sedikit suara yang tidak jelas ku dengar keluar dari mulut kecilnya seperti menanyakan sesuatu kepada ku dengan bahasa isyaratnya , aku sempat berbalik badan kearah suara anak itu, kulihat dia sudah berada tepat dihadapanku sambil mengisyaratkan sesuatu sembari tangannya berputar-putar dan menunjuk ke mobil yang akan aku tumpangi yang pada saat itu sudah mau keluar dari parkiran, pikir ku mungkin si bocah ini menanyakan bahwa apakah mobil kami mau keluar dari parkiran, aku menjawab” iyah” ,sambil menganggukan kepala kearah dia. Terlihat senyum melebar keluar dari bibirnya , pertanda dia paham akan jawabaanku tadi. Masih dengan bahasa isyaratnya ,bocah tadi menarik bajuku dan menyuruhku agar segera naik ke dalam mobil , kali ini aku ikut saran si bocah, . Dengan gesitnya si bocah tadi berputar, yang tadinya dia berada di belakang mobil sekarang sudah berada di depan mobil, dan dengan isyarat gerakan tangan dan sedikit teriakan yang tidak jelas , bocah tadi berusaha memandu jalannya mobil yang ku tumpangi keluar dari parkiran. Mobil yang kutumpangipun berhasil keluar dari tempat parkiran yang pada malam itu terlihat sangat banyak. Sebelum meningalkan lokasi parkiran sempat aku berikan selembar uang kepada sibocah tanda terima kasihku, sambil mentap kearah ku sibocah tadi menerima pemberian ku dengan diiringi gerakan hormat kepadaku.dan terlihat lucu, aku tersenyum dan dan mengisyaratkan jari jempol kepada sibocah. Bocah tadi pun berlalu dari hadapannku dengan sedikit teriakan gembira sambil melambaikan uang pemberianku.Terlihat banyak teman-temannya berlari menghampiri bocah tadi, mungkin mereka mau mencari tahu berapa jumlah uang pemberianku tadi, si bocah hanya tersenyum sambil menunjuk kearah mobil yang ku tumpangi.
Pada kesempatan yang lain, aku berkunjung pada tempat yang sama, dan bertemu dengan si bocah itu lagi, kali ini aku tidak lagi menunggu apa yang akan dikerjakan sibocah , seperti biasanya aku berikan selembar uang yang ada dalam saku baju sebelum dia mengerjakan apa-apa. Terlihat sangat senang sekali si bocah tadi, sambil berlari-lari kecil bocah itu kembali ke kerumunan teman-temanya, tapi kali ini yang terlihat bukan teman –teman sebaya dia yang biasa nya bersama sama menunggu parkiran malam, yang terlihat adalah para gadis-gadis yang sering ikut kelompok ngamen di seputaran tempat makan. Aku berusaha mengawasi dari jauh apa yang akan di kerjakan anak-anak gadis itu kepada si bocah, ternyata uang yang di berikan tadi ke pada si bocah , seluruhnya di ambil oleh kelompok anak gadis. Sempat akau menanyakan hal ini ke beberapa pengamen , kata mereka hal itu sudah biasa terjadi dan itulah wujud dari kebersamaan mereka.
Bagi si bocah, berbagi hasil dengan teman teman sekelompoknya adalah hal yang membanggakan , terlepas dari status mereka memperalat dia. Karena terlihat dari ekspresi wajah si bocah pada saat memberikan seluruh hasil keringatnya, dia sangat menikmati rasa kebersamaan dengan teman temannya , atau mungkin saja dengan cara seperti itu dia bisa menyampaikan ke teman temannya tentang eksistensi dirinya di tengah- tengah kelompok dan salah satu cara nya yaitu dengan sama-sama menikmati hasil keringat nya sendiri . Memang salah satu sifat anak anak jika ingin diakui dalam kelompok nya adalah dengan cara mempopulerkan diri, agresif, bekerja sama dan saling menolong, dan sifat ini ada pada si bocah tadi, padahal dia sadar bahwa dirinya sendiri berada dalam kondisi yang tidak normal yaitu bisu , tetapi dia berusaha meyakinkan teman teman nya bahwa kekurangan dia bukan berarti keterbatasan dirinya untuk berbuat sesuatu ke teman-temannya dia juga bisa bekerja sesuai komitmen bersama.
lnilah yang menjadi pelajaran bagi kita semua , yang kadang kala tidak kita temukan di kalangan orang dewasa tapi ada di kalangan anak-anak. Jiwa social anak-anak lebih tinggi dari pada kita orang dewasa. Bagaimana seorang anak penyandang cacat bisa dengan cepat merespon lingkungan tempat dia berinteraksi social, bagaimana seorang anak cacat mengimplentasikan social –emosional nya hanya untuk mendapatkan eksistensi dirinya di hadapan teman-temannya, tanpa pamrih..
Beberapa hari lalu bocah ini sempat mengikuti penggalangan dana untuk korban banjir desa waitina Kabupaten kepulaun Sula yang saat ini sedang terjadi , bersama kelompok mahasiswa bocah ini dengan menggunakan microphone berteriak-teriak ke pengguna jalan layaknya mahasiswa yang menyerukan aksi berbagi donasi untuk korban banjir, meskipun tak jelas apa yang dia teriakan , tetapi rasa kebersamaan dan jiwa social yang tinggi dari sibocah membuat suasana penggalangan dana oleh mahasiwa semakin bersemangat. Tak disangka.inilah saat-saat terakhir bocah yang ternyata bernama “ Rama” ini menjalankan aksi sosialnya , disaat dia sedang menjalankan aksi solidaritas penggalangan dana korban banjir si bocah RAMA tertabrak oleh sopir angkot hingga membuat kakinya patah dan akhirnya meninggal dunia. Kepergian Rama ke pangkuan Ilahi Robbi pada saat dia sedang melakukan pekerjaan yang mulia dan ini jarang sekali dilakukan oleh anak - anak seumuran dia.Bocah Rama mampu mewakili anak-anak berkekurangan lainnya untuk bisa berbuat dengan tidak merasa kekurangan atas pemberian Tuhan kepada mereka
Sosok si bocah RAMA dengan segala keterbatasannya mampu memberikan canda tawa kepada sahabat-sahabatnya bahkan kepada sipapun yang pernah bertemu dengan dia , Bocah Rama memberi pelajaran hidup yang sangat tak ternilai harganya untuk kita semua. Semoga dengan semua pelajaran hidup yang ditinggalkan bocah Rama membuat rasa kebersamaan dan kepedualian kita terhadap sesama semakin dalam. Terima kasih Rama..jannah tempat mu. Aamin
Ternate, Jumat, 17 Juli 2020
Adiyana Adam