EVALUASI PROGRAM DAN RENCANA PENDIDIKAN MODEL CIPPP
Oleh : Adiyana Adam
A. LATAR BELAKANG
Allah
swt menciptakan manusia untuk
menjadi khalifatullah fil
ardh dengan berbagai kapasistas dan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan yang ada pada diri
manusia berupa suatu keunggulan dan kelebihan jika dibandingkan dengan mahluk
ciptaan Allah swt yang lain.
QS . Al-Isra
Ayat 70:
۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ
كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Artinya:
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, dan Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan
Manusia diberikan
kelebihan berupa akal pikiran. Dengan
kelebihan akal pikiran inilah manusia
dapat melakukan perbandingan,
menganalisa dan merenung bahkan membuktikan sesuatu terhadap masalah yang
mengharuskan dia berpikir. Proses berpikir
atau bernalar nya manusia merupakan
bentuk kegiatan untuk mendapatkan
pengetahuan dan ini
dapat dikatakan sebagai bentuk proses belajar dan pembelajaran.
Selaian kemampuan jasmani, manusia sebagai mahluk sosial mempunyai
kemampuan Kognitif ( Kekampuan berpikir, mengingat,menilai dll). Manusia dapat
mekasimalkan kemampouan kognitifnya melalui proses belajar
Belajar merupakan aktivitas utama bagi setiap manusia. Sebegitu pentingnya
belajar bagi manusia sehingga hampir
tidak ada manusia yang lepas dari kegiatan belajar.
Belajar itu sendiri tidak
harus melalui pendidikan formal seperti sekolah atau tingkat pendidikan
lainnya. Proses belajar juga dapat dilakukan dalam pencarian nilai-nilai
kehidupan di rumah, di lingkungan sekitar, bahkan di dalam sebuah tempat yang
tidak pernah disangka oleh manusia.
Dalam proses
belajar itu sendiri diharapkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan. Perubahan
perilaku terhadap hasil belajar
bersifat continiu, fungsional, positif,
aktif, dan terarah. Dari tahapan tahapan proses
interaksi belajar tersebut maka lahirlah yang di sebut dengan pembelajaran. Rangkaian proses diatas tidak
lain bertujuan mengembangkan kemampuan kognitif(pengetahuan)
, afektif ( sikap ), dan psikomotorik(ketrampilan ) seseorang.
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas
dalam masyarakat, lebih- lebih setelah diundangkannya Undang-undang RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang secara legal formal memberi
pengertian tentang pembelajaran. Dalam Pasal 1 butir 20 pembelajaran diartikan
sebagai “... proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai suatu konsep pedagogik
secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik untuk
menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar yang
bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik.
Dengan demikian Belajar dan Pembelajaran adalah
dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dimana keduanya merupakan interaksi
edukatif yang memiliki Norma-norma. Antara
belajar dan pembelajaran satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan
fungsional. Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada
simpul terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan
fungsional pembelajaran dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja
dilakukan untuk menghasilkan belajar atau dengan kata lain belajar merupakan
parameter pembelajaran, walaupun tidak semua proses belajar merupakan hasil
pembelajaran Oleh karena itu, dapat pula dikatakan bahwa akuntabilitas belajar
bersifat internal-individual, sedangkan akuntabilitas pembelajaran bersifat
publik.
1. Pengertian
Belajar dan Pembelajaran
1,1 Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), secara
etimologis belajar memiliki arti "berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu". Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan
untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar merupakan proses peru-bahan
tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum tahu
menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah.
Belajar adalah suatu perubahan.Perubahan itu
terjadi dengan mengembangkan suatu ketrampilan baru,memahami pengetahun baru
hingga bisa merubah sikap dan perubahan.Perubahan tersebut tidak hanya bersifat
incidental namun bersifat alami seiring dengan pertambahan usia
Belajar
merupakan suatu proses pengajaran dan pembelaaran untuk merubah perilaku
baik buruk seseorang untuik menjadi perilaku yang lebih baik, yaitu
meningkatkan pengetahuan, pemikiran, pemahaman, sikap dan berbagai kemampuan
lainnya
Dari pengeritian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu Propses
perubahantingkah laku secara keseluruhan, bersifat positif dan bertujuan serta
mencakup seluruh aspek tingkah laku lainnya.
Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai
akibat hasil dari belajar tersebut tampak jelas dikemukakan oleh para ahli tentang
defenisi belajar ,antara lain:
a. Belajar
menurut Pandangan B. F. Skinner Belajar menurut Skinner adalah menciptakan
kondisi peluang dengan penguatan (reinforcement), sehingga individu akan
bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar dengan adanya ganjaran (funnistment)
dan pujian (rewards) dari guru atas hasil bela- jarnya. Skinner membuat
perincian lebih jauh dengan membedakan adanya dua macam respons. Pertama,
respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu yang disebut eliciting stimuli menimbulkan respons- respons yang
secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada
umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului res- pons yang
ditimbulkannya. Kedua, operant response, yaitu respons yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing stimuli
atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang
telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan menjadi lebih giat belajar
apabila mendapat hadiah sehingga responsnya menjadi lebih intensif atau kuat.6
Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun teguran
atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan
penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar, sehingga
belajar merupakan hubungan antara stimulus dengan respons (S–R)
b. Matthew
H.Olsson dan B.R Hergenhahn dalam bukunya : An Introductiob Of Theori of
Learning mengemukakan bahwa : Learning,
as we have seen, is a general term that is used to describe changes in behav-
ior potentiality resulting from experience. (Belajar adalah istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan perubahan dalam potensi perilaku yang dihasilkan dari pengalaman)
c. Menurut
Moh. Surya : Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
d. Menurut
Ngalim Purwanto : Belajat adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman.
e. S. Rahmi
Ramadhani dkk dalam bukunya Belajar dan pembelajaran ( Konsep dan
pengembangan) menyatakan : Belajar merupakan proses memperoleh ilmu. Belajar
merupakan kegiatan yang menghasilkan adanya perubahan dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak mampu menjadi mampu. Sedangkan pembelajaran
mengacu pada dua konsep, yakni belajar dan mengajar.
Dari Pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan
perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk
ke-mampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau
sesuatu yang bersifat sementara.
Dari perubahan tingkah laku
itulah. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi .Kebahagiaan
duniawi diperoleh karena dalam belajar diperoleh tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan, yaitu
ranah kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Adapun kebahagiaan ukhrawi didapatkan dari ilmu yang
dipelajari (kemampuan dalam tiga ranah
tersebut) dapat diamalkan dan bermnanfaat
sebaik mungkin untuk kemslahatn
umat manusia sehingga proses belajar itu sendiri akan bernilai ibadah.
Dengan Ilmu pengetahun yang didapat dari hasil belajar akan meninggikan derajat
Manusia dihadapan Allah swt. Sebagaimana
Firman Allah salam surah Almujadallah
ayat 11 yang artinya :
“ .....niscaya
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat.
1.2. Pembelajaran
Menurut Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar
Pembelajaran sebagai konsep
pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik
untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial untuk menghasilkan proses
belajar yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta
didik. Dari pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran
satu sama lain memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Keterkaitan substantif
belajar dan pembelajaran terletak pada simpulan terjadinya perubahan perilaku
dalam diri individu. Keterkaitan fungsional
belajar dan pembelajaran adalah
bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk menghasilkan proses belajar atau
dengan kata lain belajar merupakan parameter pembelajaran.
Pembelajaran dipandang secara
nasional sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan komponen-komponen
utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang berlangsung dalam
suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran merupakan suatu
sistem, yaitu satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan
saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Pembelajaran tidak terjadi seketika,
melainkan berproses melalui tahapan-tahapan yang dicirikan dengan karakteristik
tertentu. Pertama, melibatkan proses mental siswa secara mak- simal dalam
proses pembelajaran. Kedua, membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab
secara terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan mening- katkan
kemampuan berpikir siswa yang pada gilirannya dapat membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Terkait dengan proses
pembelajaran itu sendiri terdapat beberapa pengertian pembelajaran yang dikemukakan para ahli, antara lain:
a. Menurut
Dimyati dan Mudjiono, dalam bukunya : Belajar dan pembelajaran berpendapat bahwa : Pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
b. Menurut
Syaiul Sagala dalam bukunya Konsep dan Makna pembelajaran berpendapat bahwa : kegiatan
pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam mempelajari
suatu meteri pelajaean yang telah tersusun dalam suatu kurikulum.[i]
c. Rahmi
Damiyanti dkk dalam buku : Belajar dan pembelajaran ( Konsep dan pengembangan)
mengemukakan bahwa Pembelajaran
merupakan proses yang kompleks dengan menghadirkan kegiatan belajar yang
dilaksanakan oleh siswa serta kegiatan mengajar yang dilaksanakan oleh guru
d. Menurut
Duffy dan Roehler, Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan
menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
e. Menurut
Gagne dan Briggs Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
f.
M.Hanafi dkk dalam
bukunya Konsep Belajar Dan
Pembelajaran mengemukakan bahwa : Pembelajaran merupakan
usaha pendidik untuk mewujudkan terjadinya proses pemerolehan pengetahuan,
penguasaan kemahiran, dan pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.
Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang menfasilitasi peserta didik
agar dapat belajar dengan baik. Sehingga dengan demikian untuk dapat
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan, maka
pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi landasan
pelaksanaan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas
belajar pada diri peserta didik. Oleh karena pembelajaran merupakan upaya
sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan
proses belajar maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat,
dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Belajar dan
pembelajaran merupakan dua konsep yang saling berhubungan dan tidak dapat
dipisahkan. Keduanya merupakan aktivitas utama dalam pendidikan
2. Teori
Belajar dan Pembelajaran
Secara pragmatis, teori
belajar merupakan prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan
dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan
peristiwa belajar. Terjadinya interaksi antara mengajar dengan belajar,
sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak,
masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi pendidik walaupun
dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan
belajar Untuk dapat
menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan, maka
pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi landasan
pelaksanaan pembelajaran. Terdapat 3
terori belajar dan pembelajaran, antara lain:
a.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme dari kata behave yang berarti
berperilaku dan isme berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam
psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat
dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris
tidak mempelajari keadaan mental. Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan
behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di
lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan,
ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut. Fokus behaviorisme
adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus
.Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Tujuan pembelajaran menurut teori
behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi
aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang
sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks/ buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali
isi buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada
hasil belajar.
Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik:
1) Obyek
psikologi adalah tingkah laku.
2) Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada
reflek.
3) .
Mementingkan pembentukan kebiasaan.
4) Perilaku nyata dan terukur memiliki makna
tersendiri.
5) .
Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik harus dihindari.
Salah satu unsur pendidik bagi seorang guru yang profesional
adalah bagaimana dia memahami proses belajar
siswanya dan mampu mengorganisir
berlangsungnya proses belajar mengajar sehingga dari proses tersebut dapat
membentuk karakter peserta didik. Untuk dapat memahami proses belajar yang terjadi pada diri siswa, guru perlu menguasai hakikat dan konsep dasar belajar.
Dengan menguasai hakikat dan konsep
dasar tentang belajar diharapkan guru mampu menerapkannya
dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama
pembelajaran adalah
memfasilitasi
tumbuh
dan berkembangnya belajar dalam diri peserta didik
b. Teori Kognitivisme
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yangmempunyai
persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan Teori
belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar
itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada
peristiwa-peristiwa Internal Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon sebagaimana dalam teori behaviorisme, lebih dari itu
belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks. Dijelaskan oleh Baharuddin dkk. (2008: 87) menurut aliran kognitif,
belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan
menggunakan pengetahuan. Menurut Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seorang anak melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses
yang mengalir, sambungmenyambung, dan menyeluruh. Teori kognitif ini muncul
dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Asumsi yang mendasari teori ini adalah,
bahwa setiap anak telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses
belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi
(bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh
anak.
Karakteristik
teori belajar kognitif :
1) Belajar
adalah proses mental bukan behavioral
2) Siswa aktif
sebagai penyalur.
3) Siswa belajar secara individu dengan pola
deduktif dan induktif
4) . Instrinsik
motivation, sehingga tidak perlu stimulus.
5) Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.
6) . Guru
memfasilitasi terjadinya proses insight.
c.
Teori
Kontruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata
susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan
berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia
harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori
konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea
dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung
dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Menurut
asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari
disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini
membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut
teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas
realitas yang dihadapinya.Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat
pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang
berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya
pengetahuan.
Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif
siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
1)
Belajar
berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian
yang telah ia punyai.
2)
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang
berlangsung terusmenerus seumur hidup.
3)
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta
melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan
cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan
melainkan perkembangan itu sendiri.Suatu perkembangan yang menuntun penemuan
dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4)
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada
waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar.
5)
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman
belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa. 6. Hasil belajar siswa
tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum
konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu,
bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang
demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik
pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak
lengkap. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi
bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi
pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara
siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial.
Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial.
Adapun
prinsip-prinsip teori belajar konstruktivistik adalah sebagai berikut :
1)
Pengetahuan dibangun oleh siswa
sendiri.
2)
Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru
kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3)
. Murid aktif megkontruksi secara terus
menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
4)
Guru sekedar membantu menyediakan saran dan
situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
5)
Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6)
Struktur pembalajaran seputar konsep utama
pentingnya sebuah pertanyaan.
7)
Mmencari dan menilai pendapat siswa.
8)
. Menyesuaikan kurikulum untuk
menanggapi anggapan siswa.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari uraian diatas daapt disimpulkan bahawa : Belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan latihan, dari belum
tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian bertambah. Belajar merupakan
proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan
sikap.
Pembelajaran adalah adalah serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses yang menfasilitasi peserta didik agar dapat
belajar dengan baik. Sehingga dengan demikian untuk dapat menghasilkan proses
pembelajaran yang efektif sebagaimana yang diharapkan, maka pendidik perlu
memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran
Teori- teori belajar dalam pembelajaran merupakan sebuah
sistem yang dapat diuji kebenaranya oleh siapa pun dan terbuka untuk dikaji
ulang dalam perspektif yang sama, dan mungkin dapat digantikan dengan sebuah
sistem baru, yang sudah mengalami kajian dan penelitian lain. Sedangkan belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku manusia berdasarkan pengalaman dan
latihan, dari belum tahu menjadi tahu, dari pengalaman yang sedikit kemudian
bertambah.
Terdapat 3 teori belajar dan Pembelajaran yaitu:
1. Teori
Belajar Kognitivisme . Teori ini Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun
dalam diri seorang anak melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses
yang mengalir, sambungmenyambung, dan menyeluruh. Teori kognitif ini muncul
dipengaruhi oleh psikologi gestalt. Asumsi yang mendasari teori ini adalah,
bahwa setiap anak telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya.
Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses
belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi
(bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh
anak
2.
Teori
Belajar Behaviorisme Behaviorisme. Menurut Teori ini belajar
adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk
memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian
internal lain dalam diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons
terhadap berbagai tipe stimulus.
3.
Teori Belajar Kontruktivisme . Dengan teori
konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea
dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung
dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu
mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara
langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep